translator

Monday, July 30, 2018

Spend A Day to Reminisce (10 November Museum)


Pada tanggal 3 Juli 2018 lalu, saya bersama teman-teman kelas ISBD saya berkunjung ke museum 10 November. Terdengar familiar? Ya, museum 10 November adalah museum yang terletak di kompleks Tugu Pahlawan, Surabaya. Sebuah ikon untuk mengenang perjuangan arek-arek Suroboyo melawan Sekutu dan Belanda yang berusaha merebut kembali Indonesia.

courtsey google.com
Berlokasi di titik 0 kota Surabaya, tepatnya di Jl. Pahlawan, dekat dengan kantor Gubernur Jawa Timur, yang dahulunya lokasi ini adalah sebuah alun-alun Kraton Surabaya. Tugu Pahlawan berbentuk lingga, menjulang setinggi 41,15 dengan gagahnya. Tinggi dan ruasnya mengandung makna tanggal 10 bulan 11 tahun 1945, tanggal yang bersejarah bagi warga Surabaya. Diiringi dengan taman dan lapangan yang biasa digunakan oleh warga untuk beraktivitas, biasanya berolahraga. Setiap tanggal 10 November, pada hari Pahlawan, dilakukan kegiatan upacara untuk memperingatinya.

Untuk masuk ke kompleks Tugu Pahlawan sendiri tidak dipungut biaya sepeser pun, pengunjung bebas masuk kapan saja. Sementara untuk museum nya yang terletak di bawah tanah, dipungut biaya sebesar Rp. 5000,- saja. Cukup terjangkau untuk ukuran museum yang lumayan terawat dan sarat akan sejarah. Pengecualian bagi pelajar, bila menunjukkan kartu pelajar atau kartu mahasiswa tidak perlu membayar biaya masuk ke museum. Tidak seperti taman dan lapangan Tugu Pahlawan yang selalu dibuka untuk umum, museum memiliki jam oprasional yaitu setiap hari kecuali hari Senin dan hari libur nasional, jam 8:00 hingga jam 15:00.

Banyak sekali hal-hal menarik yang saya temukan di Museum 10 November ini. Seperti diorama atau reka ulang kejadian-kejadian pada masa itu dalam bentuk miniatur, barang-barang asli milik para pahlawan yang telah gugur seperti sepeda, topi tentara, senjata api, senjata tajam, tidak lupa senjata khas pahlawan kita yaitu bambu runcing, pakaian, mesin ketik, uang dan sebagainya. Terdapat pula rekaman asli Bung Tomo saat berpidato ketika akan melawan Sekutu, yang membuat bulu kuduk saya berdiri mendengarkannya, membayangkan bagaimana tegangnya suasana Surabaya pada waktu itu. Masih terngiang di kepala saya teriakan "Allahu Akbar, Merdeka!!!!", pada rekaman pidato Bung Tomo tersebut.
















Selain koleksi barang-barang asli, dan diorama, terdapat juga penjelasan-penjelasan mengenai rentetan sejarah yang terjadi pada masa itu dalam bentuk tulisan yang tertempel di dinding-dinding sekeliling museum, diperlengkap dengan mannequin yang berpakaian seperti pahlawan-pahlawan. Terlihat sangat asli mannequin-mannequin tersebut. Ada juga foto-foto asli yang diambil pada zaman tersebut terpajang rapi di dinding-dinding. Ditengah-tengah museum terdapat patung tembaga yang menggambarkan para pejuang yang gugur dalam medan perang. Untuk ukuran museum dengan tarif 5000 rupiah, koleksinya cukup lengkap.

  





Koleksi-koleksi tersebut cukup untuk menambah pengetahuan bagi para pengunjung museum, walaupun pengunjung harus dengan ikhlas membaca banyaknya tulisan-tulisan rentetan sejarah di dinding yang menurut saya membuat pusing membacanya karena cahayanya terlalu terang dan tulisannya terlalu berdempet.

Sejauh ini menurut saya, kondisi museum 10 November cukup baik. Bersih, dingin karena terdapat AC, penerangan cukup, fasilitas juga memadai seperti adanya akses bagi penyandang cacat (lift, akses masuk dengan jalan, bukan tangga), kids area, toilet yang bersih, tempat beribadah, serta guide yang bisa memandu anda berkeliling musem jika anda berminat, tentu saja akan diberikan biaya tambahan untuk guidenya. Terdapat juga souvenir shop yang menurut saya sangat tidak menarik, tidak ada yang menjaga pula. Bagaimana pengunjung ingin membeli jika penjualnya saja tidak ada...

Tapi saya sangat mengapresiasi kebersihan dan kelayakan museum ini, jika dibandingkan dengan museum serupa yaitu museum Mpu Tantular yang berada di Sidoarjo. Museum yang sebenarnya isinya sangat menarik dan ingin sekali saya kunjungi, namun karena kesuraman dan vibe yang menurut saya menyeramkan, membuat saya menarik diri untuk tidak berkunjung kesana.


Museum ini memiliki potensi ekonomi bagi tempat itu sendiri maupun sekitarnya. Jika saja banyak pengunjung yang tertarik untuk mengunjunginya, pedagang makanan, transportasi publik juga akan terkena dampak positifnya. Semakin ramai pengunjung, semakin ramai juga orang yang akan membeli makanan, menggunakan transportasi menuju kesana. Menurut saya harga museum terlalu murah. Tidak apa-apa dinaikkan sedikit asal masih masuk akal, namun juga harus diikuti oleh  fasilitas dan infrastruktur yang memadai.

Seperti misalnya, memberikan fasilitas audio untuk menjelaskan koleksi-koleksi yang ada di museum tersebut. Karena kebanyakan orang tidak membaca penjelasan yang terdapat di dinding-dinding museum, dan masih banyak juga masyarakat-masyarakat buta huruf, atau tuna netra yang tidak mampu membaca penjelasan tersebut. Mereka juga mempunyai hak untuk menikmati dan mengenal sejarah di museum tersebut, bukan?







Secara kesulurahan, museum 10 November cukup memadai kebutuhan pengunjung akan informasi sejarah pertempuran 10 November melawan sekutu. Kebersihan yang patut diapresiasi, kelengkapan koleksi yang cukup menarik membuat museum ini worth it untuk dikunjungi. Mungkin untuk membuatnya terlihat lebih atraktif, interior museum bisa direnovasi agar tida terlihat out dated, dengan mengganti lantainya dengan marmer, mengganti cahaya lampu, mengganti desain plafon. Tempat untuk memajang koleksi juga bisa di upgrade, diberi lampu spotlight, penggunaan material kayu agar terkesan lebih mewah. Barang-barang yang dijual di souvenir shop juga bisa dirubah menjadi yang lebih modern sehingga bisa menambah pemasukan museum itu sendiri. Marketing museum juga perlu dikembangkan lagi misalnya menyebar flyer, membuat akun instagram, membuat iklan video, dll agar pengunjung juga lebih tertarik. Bila perlu me-rebranding museumnya seperti halnya Museum Satwa yang berada di kota Batu.

Jadi intinya, berkunjunglah ke museum sesekali, selain menambah wawasan juga dapat membantu kemajuan museum itu sendiri. Dengan makin banyaknya yang mengunjungi museum, lama kelamaan juga akan merubah stigma masyakarat bahwa tidak selamanya berkunjung ke museum itu kuno, jadul, cupu, tidak gaul, dan sebutan-sebutan negatif lainnya. Pengetahuan akan sejarah itu penting untuk mengimbangi kehidupan bersenang-senang kita, nongkrong tanpa arah. Karena bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai sejarahnya dan jasa para pahlawan pendahulunya.

1 comment:

  1. bagus... Pollux nama salah satu bintang yang mendampingi castor. .

    ReplyDelete